Jumat, 25 Februari 2011

Newsletter edisi 19



Kiat Sukses Beternak Ayam Broiler

Fakta membuktikan dari tahun ke tahun kebutuhan masyarakat terhadap daging broiler terus meningkat. Seiring dengan meningkatnya minat masyarakat untuk mengkonsumsi daging broiler, terjadi juga peningkatan terhadap usaha peternakan ayam broiler. Tetapi sangat disayangkan animo peternak terhadap komoditi yang satu ini tidak disertai kestabilan keuntungan yang dapat diraih oleh peternak, sehingga seringkali kita engar banyak peternak yang gulung tikar.
Menurut Wirama Yuda (1996), ada banyak hal yang perlu diperhatikan oleh peternak atau calon peternak, agar usahanya dapat berkesinambungan, diantaranya adalah :

1. Kandang
Sebelum memulai usaha ternak broiler, kita harus mempunyai kandang yang memenuhi syarat-syarat teknis dan kesehatan ternak, antara lain : tidak bocor waktu hujan, ventilasi cukup dan sinar matahari tidak dapat masuk secara langsung ke dalam kandang. Jarak antar kandang tidak terlalu rapat, dengan jarak minimal antar kandang selebar satu kandang. Saluran-saluran air atau pembuangan di sekitar kandang harus lancar. Lantai kandang harus miring ke satu atau dua arah untuk mempercepat proses pembersihan dan mencegah menggenangnya air di dalam kandang. Bahan-bahan dan konstruksi kandang harus kuat dan tahan lama sehingga tidak cepat rusak ataupun membahayakan pekerja.

2. Peralatan kandang
Peralatan kandang yang vital seperti tempat pakan (feeder), tempat minuman (drinker), pemanas, seng pelindung anak ayam (chick guard), layar/tirai penutup kandang dan alat semprot desinfektan (sprayer) harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Sebab jika peralatan tersebut kurang dari kebutuhan berdasarkan jumlah ayam yang dipelihara, dapat menimbulkan problem- problem : berat badan standar akan sulit tercapai. Jumlah ayam yang kerdil akan tinggi. Problem penyakit yang timbul akan lebih sering dan sulit untuk diatasi. Angka kematian tinggi serta kualitas rata-rata ayam secara keseluruhan akan jelek.

3. Anak ayam DOC
Anak ayam umur sehari (DOC) yang baik mempunyai ciri-ciri : bulu kering dan bersih, berat tidak dibawah standar (minimal ± 39 gr/ekor), lincah, tidak mempunyai cacat tubuh dan tidak menunjukkan adanya penyakit-penyakit tertentu seperti ompalitis, ngorok ataupun pullorum yang dapat dilihat dari adanya kotoran berwarna putih yang melekat pada dubur.

4. Pakan
Pakan yang baik adalah yang cukup mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh ayam (protein, lemak, abu, serat kasar, energi, vitamin dan asam-asam amino). Hal ini dapat dilihat dari standar kebutuhan zat-zat makanan pada masing-masing eriode pemeliharaan yang dapat dipenuhi oleh pakan tersebut. Yang juga tidak kalah penting tapi sering terlupakan adalah pakan tersebut harus tidak menyebabkan diare, sebab diare dapat menyebabkan litter menjadi basah sehingga konsentrasi amoniak di dalam kandang meningkat. Pada akhirnya dapat menimbulkan penyakit dan problem berat badan.

5. Obat-obatan
Meliputi antibiotika, vaksin dan vitamin yang dibutuhkan untuk membantu mempertahankan kesehatan ayam, ataupun mengobati ayam bila terserang penyakit. Pemilihan dan pemakaian obat-obatan yang digunakan harus tepat sesuai dengan kasus yang dihadapi. Oleh sebab itu, diagnosa penyakit tidak boleh salah untuk keefektifan terapi pengobatan yang dijalankan. Yang wajib untuk dipahami peternak, adalah obat-obatan ini hanya sebagai pendukung, bukan faktor utama yang menyebabkan ayam menjadi sehat. Sebab, faktor utama untuk menghasilkan ayam yang sehat adalah sanitasi dan tata laksana pemeliharaan yang benar. Obat-obatan yang bagus dan mahal tidak akan bermanfaat banyak bila sanitasi dan manajemen pemeliharannya buruk. Malah dapat menimbulkan kerugian, karena problem penyakit akan sering muncul dan sulit untuk diatasi, yang pada akhirnya biaya produksi menjadi tinggi.

6. Manajemen pemeliharaan

Faktor-faktor di atas dapat berfungsi dengan baik bila manajemen atau tatalaksana pemeliharaan yang dijalankan benar. Manajemen yang baik akan meningkatkan efisiensi faktor-faktor produksi, sehingga memperkecil beban pengeluaran, yang pada akhirnya dapat memperbesar keuntungan yang diperoleh.

7. Pemasaran
Akhir dari masa pemeliharaan ayam broiler akan bermuara pada pemasaran, sehingga tahap pemasaran ini tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan suatu usaha. Akan sia-sia kerja yang baik apabila penanganan pemasaran broilernya dilakukan kurang rapi dan terencana karena dapat mengurangi perolehan peternak. Pemasaran yang baik adalah yang tepat waktu, memakan waktu yang sesingkat-singkatnya dan dengan harga jual yang relatif tinggi. Akan tetapi harga jual di sini tentu saja mengikuti pasaran yang berlaku. Oleh sebab itu, faktor ketepatan waktu dan lamanya proses pengangkatan ayam dari kandang sangat penting diperhatikan. Pemasaran yang terlambat, walau hanya satu-dua hari, akan memperbesar biaya produksi terutama untuk pakan. Sedang proses pengangkutan ayam dari kandang yang berlarut-larut akan menimbulkan stres pada ayam sehingga akhirnya akan meningkatkan angka kematian, yang tentu saja menjadi beban peternak. (Sumber poultry Indonesia).

Selasa, 15 Februari 2011

Newsletter edisi 18




Dilema Peternak Ayam (Produksi DOC)




Potensi produksi broiler

Kondisi perunggasan tidak terlepas dari berapa suplai DOC FS yang diproduksi oleh para pembibit. Gambaran potensi produksi DOC FS pada triwulan kedua ini adalah produksi bibit ayam ras (DOC FS) broiler pada triwulan kedua tahun 2009 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008 terjadi peningkatan yaitu dari produksi DOC FS sebanyak 24.1 juta ekor per minggu menjadi 28.2 juta ekor per minggu atau meningkat sebesar 17 %. Peningkatan produksi DOC FS broiler pada triwulan kedua tahun 2009, diperkirakan merupakan sikap optimis para pengusaha yang terlihat dari produksi DOC FS broiler yang terus meningkat mulai bulan April sampai dengan Juni 2009. Momen liburan anak sekolah dan meningkatkan permintaan di bulan Juni sampai dengan Juli akibat banyaknya orang yang mengadakan pesta, mendorong para pengusaha untuk meningkatkan produksi DOC FS dengan harapan demand akan meningkat.
Pada Pemasukan (Impor) PS, perkembangan impor PS broiler pada triwulan kedua tahun 2009 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008 terjadi penurunan pemasukan dari 76.000 ekor menjadi 52.620 ekor atau terjadi penurunan sebesar 30,76 %. Akan tetapi apabila dibandingkan dengan triwulan pertama tahun 2009 terjadi kenaikan sebesar 55% dari angka 34.000 ekor menjadi 52.620 ekor.
Sementara pada perkembangan Pemasukan (Impor) bibit ayam ras untuk impor GPS adalah perkembangan pemasukan/impor DOC GPS broiler pada triwulan kedua tahun 2009 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008 terjadi penurunan pemasukan dari 68.682 ekor menjadi 54.769 ekor atau terjadi penurunan sebesar 20 %.
Menurunnya jumlah impor GPS ini diperkirakan karena sikap pembibit yang berhati-hati melihat kondisi saat ini, antara lain harga pakan yang tidak signifikan dengan kenaikan harga produk perunggasan. Sementara situasi penjualan daging ayam belum menunjukkan adanya harapan untuk meningkat, sehingga demand terhadap DOC FS broiler belum bisa dimaksimalkan.

Potensi produksi layer

Perkembangan impor DOC GPS layer pada triwulan kedua tahun 2009 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008 terjadi peningkatan pemasukan dari 6.950 ekor menjadi 13.700 ekor atau terjadi peningkatan sebesar 97 %. Peningkatan ini diperkirakan terkait dengan masa replacement ayam layer, dan sikap optimis para peternak layer karena harga jual telur yang cenderung stabil.

Produksi bibit ayam ras (DOC FS) layer pada triwulan kedua tahun 2009 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008 tercatat produksi DOC FS pada triwulan II tahun 2008 sama dengan produksi DOC FS pada triwulan II tahun 2009 sejumlah 1,55 juta ekor/minggu. Kondisi ini diperkirakan karena sikap keragu-raguan dari peternak untuk meningkatkan demand terhadap DOC FS layer membuat para pembibit masih menahan produksinya.

Pada triwulan kedua tahun 2009 tercatat pemasukan PS layer sebesar 51.660 ekor, sedangkan pada triwulan kedua tahun 2008 tidak tercatat adanya pemasukan PS layer. Sikap optimis dari para pembibit PS layer terlihat disini, hal ini berbeda dengan demand terhadap DOC FS layer yang meningkat tidak signifikan. Diperkirakan para pembibit lebih melihat akan adanya peningkatan demand pada enam bulan kedepan terhadap DOC FS layer sehingga mereka meningkatkan pemasukan DOC PS layer. Apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008 dan triwulan sebelumnya tahun 2009 yang menunjukkan adanya peningkatan, pada triwulan ini para pembibit lebih optimis. (Dikutip dari Poultry Indonesia)

Senin, 14 Februari 2011

Harga & Grafik Produk Unggas Layer Daerah Palembang dan Sekitarnya Pada Bulan Januari 2011






Harga & Grafik Produk Unggas Layer Minggu Pertama Bulan Januari 2011




Harga & Grafik Produk Unggas Layer Minggu Ke Dua Bulan Januari 2011




Harga & Grafik Produk Unggas Layer Minggu Ke Tiga Bulan Januari 2011




Harga & Grafik Produk Unggas Layer Minggu Ke Empat Bulan Januari 2011





Harga & Grafik Produk Unggas Layer Minggu Ke Lima Bulan Januari 2011








Harga Rata-rata Produk Unggas Layer Bulan Januari 2011

Minggu, 13 Februari 2011

Harga dan Grafik Produk Unggas Layer daerah Palembang dan Sekitarnya Bulan Desember 2010




Harga & Grafik Produk unggas Layer Minggu Pertama bulan Desember 2010







Harga & Grafik Produk unggas Layer Minggu ke Dua bulan Desember 2010







Harga & Grafik Produk Unggas Layer Minggu ke Tiga bulan Desember 2010





Harga & Grafik Produk Unggas Layer Minggu Ke Empat Bulan Desember 2010



Harga Rata-rata Produk unggas Layer Dalam Sebulan

Harga dan Grafik Produk Unggas Broiler di Palembang dan Sekitarnya Bulan Januari 2011





Harga & Grafik Produk Unggas Broiler Minggu Pertama bulan Januari 2011




Harga & Grafik Produk Unggas Broiler Minggu ke Dua bulan Januari 2011






Harga & Grafik Produk Unggas Broiler Minggu ke Tiga bulan Januari 2011





Harga & Grafik Produk Unggas Broiler Minggu ke Empat bulan Januari 2011





Harga & Grafik Produk Unggas Broiler Minggu ke Lima bulan Januari 2011





Harga Rata-rata Produk unggas Broiler Bulan Januari 2011

Harga Dan Grafik Produk Unggas Ayam Broiler di Palembang dan sekitarnya Bulan Desember 2010








Harga dan Grafik Produk Unggas Broiler Minggu pertama bulan Desember 2010







Harga dan Grafik Produk Unggas Broiler Minggu Kedua bulan Desember 2010







Harga & Grafik Harga Produk Unggas Broiler Minggu Ke Tiga bulan Desember 2010








Harga & Grafik Produk Unggas Broiler Minggu Ke Empat bulan Desember 2010









Harga & Grafik Produk Unggas Broiler Minggu ke Lima Bulan Desember 2010









Harga Rata-rata Produk Unggas Broiler Bulan Desember

Rabu, 09 Februari 2011

Foto Kegiatan Poultry Outlook



Poultry Outlook







Pengenalan pakan Ternak Layer








Diskusi bersama para Peternak








Anggota Poultry Outlook










Pembahasan Materi

Foto - Foto Kegiatan Seminar CJ Customer Centre Palembang


Seminar dengan Tema "Pentingnya Manajemen Pullet pada Ayam Petelur"







Foto bersama Pak Sunuhadi Dari PT. SUJA dengan para anggota seminar










Pak Sunuhadi Memberikan Materi








Penyampaian Materi dari Pak Sunuhadi

Newsletter edisi 17


Mengontrol Berat Telur Ayam
Sejak pertama kali ayam bertelur dari umur ayam menginjak 23 minggu sampai umur 65 minggu, berat telur tidak akan sama setiap kali ayam bertelur, walaupun demikian seorang peternak harus memiliki daya respon.

Ketika ayam bertelur apakah telur ayam tersebut sesuai dengan berat telur yang normal?
Misalkan untuk ayam layer (breeder) seperti jenis cobb misalnya, kita pasti dan harus di anjurkan untuk mengikuti petunjuk / guide yang telah di sediakan oleh pihak cobb itu sendiri, selalu nya kita sebagai peternak akan selalu di anjurkan untuk mengikuti pedoman body weight (berat badan) standar pemakanan dan lain sebagainya.

Misalnya kita ambil 90 butir telur untuk contoh (sample weight) di dalam contoh ini, kita ambil telur nya dan tidak termasuk yg pecah (cracked) dan telur jumbo (double yolk), kita pisahkan telur jumbo dan telur yang pecah.
Kita timbang telur yang 90 butir tadi, kemudian di ambil berat rata2 nya berapa?


Analisa pertama:
Jika telur beratnya di bawah standar rata rata, mungkin di sebabkan dari berbagai faktor. faktor2 tersebut sebagai berikut:
• Kurang nya makanan yang di konsumsi
• Rendah nya kadar energy di dalam makanan ayam
• Kurang air minum
• mungkin juga ayam tersebut berpenyakit
• Suhu di dalam kandang atau di luar yang sangat ekstrim
Berat badan ayam tersebut kurang dari berat badan rata-rata dari standar (kurus)

Analisa kedua:
Dan jika berat telur yang kita timbang berat nya lebih dari standard rata-rata yang normal. Adapun faktor yang mempengaruhi naiknya berat telur di pengaruhi oleh:
• Makanan yang di konsumsi terlalu banyak
• Tingginya kadar protein di dalam kandungan makanan.
berat badan ayam terlalu berat (besar) -overweight.

Newsletter edisi 16



Penyakit ND atau TELO



Penyakit ayam jenis NDV (Newcastle disease virus) atau Biasa terkenal di kalangan masyarakat awam adalah dengan bahasa Telo, jenis penyakit ini penyebabnya adalah virus strain A (paramixo viruses),

Tanda-tanda nya adalah :
Gejala gangguan syaraf, sayap jatuh terkulai dan tidak aktif, ayam sukar berdiri seperti kehilangan control, lehernya terpuntir (berputar) gejala ini muncul beberapa hari setelah penularan penyakit diare, sukar bernafas, seandainya ayam sudah bertelur dan terserang virus ND ini yang pastinya produksi telur menurun secara drastis. NDV - Telo, infeksi menular yang sampai sekarang sangat membahayakan jika sampai menyerang peternakan unggas,

Penyebab Penyakit ND atau telo
Nd/Telo disebabkan oleh virus golongan Paramyxo yang mempunyai struktur RNA, Virus ini bersipat menggumpalkan sel-sel darah merah ayam.

Gejala penyakit ND atau Telo
Rata-rata pada umur 5 sampai 6 hari, penyakit terus berjalan hingga sampai 14 s/d 16 hari, Sesuai dengan tingkat keganasan virus yang menulari atau meng-inveksi ayam tersebut.
Akibat serangan ND, ayam akan menderita diare, sehingga tinja atau kotoran menjadi encer,
dan berwarna hijau, Kenapa terjadi diare pada masa permulaan terkena virus? jawabannya adalah, Karena-nya akibat dari usus yang mengalami Perlukaan atau terluka, tinja ini merupakan sumber Penularan dari ayam yang tertular ke-ayam yang sehat, sehingga kalau tidak cepat ditangani, maka akibat yang akan vatal adalah, semua ayam yang antibody-nya lemah akan mempunyai kemungkinan besar terjangkit dengan mudah, karena mengandung virus Paramixo penyebab ND,
Jika usus di sayat, atau di bedah akan terlihat jelas, bahwa permukaan mengalami luka berwarna hijau Tua seperti lumut.

Bagaimana ND bisa menular dari kandang yang satu Ke kandang Yang lain?
Kalau penularan masih di dalam satu kandang adalah, melalui kontak langsung dari ayam yang sakit dengan ayam yang sehat, lalu bagaimana kalau penularan-nya sampai bisa ke kandang yang posisinya agak jauh?

Penularan ini biasanya melalui tiupan arah angin, burung liar, atau tikus, atau ketika pekerja bergerak dari kandang ayam yang sakit ke kandang ayam yang sehat, virus bisa nempel di sepatu pekerja, atau di baju, di badan dan material lainnya yang pernah ikut terbawa ke kandang yang sakit, jadi pekerja sangat-lah penting untuk engerti biosekurity, jadi terjadilah penularan penyakit,

Pengobatan:

Sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan penyakit ini,
karena itu sangat berbahaya, jangan khawatir kita bisa menghindari serangan virus ini dengan mengamalkan bio-sekurity secara pencegahan sebelum terjadi di lapangan kerja.

Newsletter edisi 15



Memilih Varietas Ayam

Suatu varietas ayam adalah suatu ras atau family dari ayam yang memiliki kesamaan umum dalam hal ukuran, bentuk atau profil, dan pembawaan. Semua ayam dalam satu varietas akan memiliki karakteristik yang sama yaitu: warna kulit, Varietas ini selanjutnya dibagi ke dalam beberapa kelas. Kelas ayam yang sudah banyak dibudidayakan pada umumnya diberi nama yang dikaitkan dengan tempat asalnya, misalnya American, Asiatic, English, Mediteranian, dan semacamnya.

Untuk memulai usaha kecil-kecilan di bidang peternakan ayam, ada tiga jenis varietas yang bisa dipilih berdasarkan tujuan pemeliharaannya, yaitu: ayam petelur, ayam pedaging atau ayam potong, dan ayam berfungsi ganda untuk kedua maksud tersebut.


Pertimbangan lain dalam memilih jenis varietas ayam adalah kondisi cuaca lokal di tempat peternakan berada. Ayam yang berbulu tebal akan lebih cocok dipelihara ditempat yang bercuaca lebih dingin dari pada ayam yang berbulu tipis. Orpingtons, Brahmas, Cochins. Plymouth Rocks, Rhode Island Reds dan Wyandottes adalah ayam-ayam yang berbulu tebal yang berarti cocok pada cuaca dingin. Leghorn, Minorca, Andalusian, Hamburgs dan ayam Mediterranean lainnya akan lebih baik dipelihara pada tempat-tempat yang bercuaca lebih hangat. Untuk lebih jelasnya dalam menentukan varietas yang cocok dengan cuaca lokal di tempat Anda, sebaiknya dikonsultasikan pada Dinas Peternakan Ayam setempat atau perusahaan ternak ayam terdekat.

Lebih lanjut, sebaiknya dibiasakan membeli anak ayam yang berkualitas sesuai kebutuhan. Apabila anak ayam dibeli dari perusahaan peternakan ayam, mintalah sekalian divaksinasi terhadap penyakit Marek. Vaksinasi ini sebaiknya dilakukan segera setelah anak ayam dientaskan agar sepanjang hidupnya tercegah dari serangan penyakit Marek yang sangat mematikan. Untuk broiler atau ayam pedaging, agar lebih murah harganya, pilihlah anak ayam yang belum diseleksi kelaminnya (straight-run).
Hendaknya diingat bahwa pada waktu memilih varietas ayam ini apabila ada yang cocok jangan dulu langsung dibeli. Anggap saja Anda berada dalam tahapan sedang melakukan survey, bukan sedang membeli. Pembelian anak ayam sebaiknya dilakukan apabila segala persiapan untuk kedatangan anak ayam telah selesai dikerjakan, karena apabila belum siap maka risiko kematian anak ayam yang baru dibeli tersebut akan sangat tinggi.

Newsletter edisi 14



Mengenali Penyakit pada Ayam Petelur


Jenis - Jenis Penyakit

1. Berak putih (pullorum)
Menyerang ayam dengan angka kematian yang tinggi.
Penyebab: Salmonella pullorum.
Pengendalian: diobati dengan antibiotika

2. Foel typhoid
Sasaran yang disering adalah ayam muda/remaja dan dewasa.
Penyebab: Salmonella gallinarum.
Gejala: ayam mengeluarkan tinja yang berwarna hijau kekuningan.
Pengendalian: dengan antibiotika/preparat sulfa.

3. Kolera
Penyakit ini jarang menyerang anak ayam atau ayam remaja tetapi selain menyerang ayam menyerang kalkun dan burung merpati.
Penyebab: Pasteurella multocida.
Gejala: pada serangan yang serius pial ayam (gelambir dibawah paruh) akan membesar.
Pengendalian: dengan antibiotika (Tetrasiklin/Streptomisin).

4. Pilek ayam (Coryza)
Menyerang semua umur ayam dan terutama menyerang anak ayam.
Penyebab: makhluk intermediet antara bakteri dan virus.
Gejala: ayam yang terserang menunjukkan tanda-tanda seperti orang pilek.
Pengendalian: dapat disembuhkan dengan antibiotia/preparat sulfa.

5. Infeksi synovitis
Penyakit ini sering menyerang ayam muda terutama ayam broiler dan kalkun.
Penyebab: bakteri dari genus Mycoplasma.
Pengendalian: dengan antibiotika.

Penyakit karena Parasit

1. Cacing
Penyakit cacing jarang ditemukan di peternakan yang bersih dan terpelihara baik. Tetapi peternakan yang kotor banyak siput air dan minuman kotor maka mungkin ayam terserang cacingan. Ciri serangan cacingan adalah tubuhnya kurus, bulunya kusam, produksi telur merosot dan kurang aktif.

2. Kutu
Banyak menyerang ayam di peternakan Indonesia. Dari luar kutu tidak terlihat tapi bila bulu ayam disibak akan terlihat kutunya. Tanda fisik ayam terserang ayam akan gelisah. Kutu umum terdapat di kandang yang tidak terkena sinar matahari langsung maka sisi samping kandang diarahkan melintang dari timur ke barat. Penggunaan semprotan kutu sama dengan cara penyemprotan nyamuk. Penyemprotan ini tidak boleh mengenai tangan dan mata secara langsung dan penyemprotan dilakukan malam hari sehingga pelaksanaannya lebih mudah karena ayam tidak aktif.
Penyakit karena Protoza
Penyakit ini berasal dari protozoa (trichomoniasis, Hexamitiasis dan Blachead), penyakit ini dimasukkan ke golongan parasit tetapi sebenarnya berbeda. Penyakit ini jarang menyerang ayam lingkungan peternakan dijaga kebersihan dari alang-alang dan genangan air.

Newsletter edisi 13



BUNGKIL KEDELAI BAHAN BAKU PAKAN

Untuk melaksanakan kegiatan pengawasan terhadap penggunaan bungkil kedelai sebagai bahan baku pakan, maka diperlukan suatu standar yang harus dipenuhi untuk dapat dipergunakan oleh konsumen, produsen, pedagang dan instansi yang memerlukan.
Penerbitan standar ini dilakukan setelah memperhatikan semua data dan masukan dari berbagai pihak. Sebagai acuan utama dalam penyusunan ini adalah SNI 01-2326-1991 Cara Pengambilan Contoh Metode Analisis Aflatoxin dari AOAC.26 Edisi 14-1984, Metode TLC (Thin Layer Chromatograph)Ruang Lingkup. Standar ini meliputi definisi, klasifikasi, persyaratan mutu, cara pengemasan, cara pengambilan contoh dan metode analisis.

Definisi Bungkil kedelai adalah produk hasil ikutan penggilingan biji kedelai setelah ekstraksi minyaknya secara mekanis (EXPELLER) atau secara kimia (SOLVENT)
Klasifikasi. Bungkil kedelai digolongkan dalam 2 (dua) tingkatan mutu
Persyaratan Mutu. Persyaratan mutu standar bungkil kedelai meliputi kandungan nutrisi dan batas tolerasi aflatoxin. Persyaratan mutu standar bungkil kedelai yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
Mutu I Mutu II
Kadar air (%) maks 12 12
Protein kasar (%) min 46 40
Serat kasar (%) maks 6.5 9
A b u (%) maks 7 8
Lemak (%) maks 3.5 5
Calsium (%) 0.2-0.4 0.2-0.4
Fosfor (%) 0.5-0.8 0.5-0.8
Aflatoxin (ppb) maks 50 50
Urea (%)

Cara Pengemasan. Bungkil kedelai sebagai bahan baku pakan dikemas dalam wadah yang tidak mempengaruhi isinya dan tertutup rapat. Pada label dituliskan antara lain nama produk, berat bersih dan nama produsen/perusahaan.Cara Pengambilan Contoh. Sesuai SNI 01-2326-1991 Metode Analisis. Sesuai Metode Analisis Aflatoxin dari dari AOAC.26 Edisi 14-1984, Metode TLC (Thin Layer Chromatograph)